Radar MFA NoD Revolution from Simple_Ethnic

Kalau dulu Simple_Ethnic sekarang berubah menjdai Radar MFA NoD.

Ketika Oki Setiana Dewi Mengundang Siswa Memakai Jilbab

Untuk kesempatan kedua, Oki Setiana Dewi, disajikan antara Universitas Muhammdiyah Malang (UMM) siswa. Pada awalnya dia datang ke UMM ia mempromosikan filmnya.

36 Meter Indonesian Phinisi (versi Radar MFA NoD)

Clarification... Is this the well known Indonesian phinisi Silolona of SEA Yachting and Phuket King's Cup renown...? Yes it is..!

Tari Saman Murid SMAK Ricci Pukau Penonton

Sebanyak dua puluh tiga siswa–siswi kelas satu SMA, dengan pakaian khas, duduk bersimpuh di atas panggung. Dengan serempak mereka melakukan gerakan tepuk tangan, tepuk dada, paha dengan tangan kanan dan kiri, berganti-gantian sambil mendedangkan lagu berbahasa Arab dan Aceh. Penampilan ini memukau para penonton.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Selasa, 20 Maret 2012

Tari Kecak kesenian yang lestari

Tari kecak merupakan pertunjukan seni khas Bali yang diciptakan tahun 1930-an, dimainkan oleh puluhan laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan kata "cak" dan mengangkat kedua lengannya.
Para penari yang duduk melingkar mengenakan kain kotak-kotak seperti papan catur melingkari pinggang mereka.
Tarian ini menggambarkan kisah Ramayana saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana. Lagu tari Kecak diambil dari ritual tarian sanghyang yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat.
Wisatawan yang berminat menyaksikan Tari Kecak dapat memilih satu di antara tiga lokasi pertunjukan, antara lain di Pura Luhur Uluwatu, di Desa Batubulan, serta di Jalan Hanoman.
Keistimewaan Tari Kecak yaitu tidak mengandalkan alat musik untuk mengiringi tarian, melainkan paduan suara para penarinya. Tari Kecak juga dikenal dengan sebutan Tarian Kecak dan Api. Pertunjukan terkahir ini semacam bonus yang dapat mengundang decak kagum para penonton. (Madina/Fani)

OVJ Kesenian Modern atau Populer


“Di sini gunung di sana gunung, wayangnya bingung dalangnya juga bingung, yang penting bisa ketawa.” Itu adalah sepengggal kalimat handal yang selalu dilontarkan Parto sang dalang dalam Opera Van Java. Sebuah komedi serial televisi yang hadir di Trans7 setiap pukul delapan malam. Opera Van Java merupakan sebuah seni tradisi, wayang orang, yang dikemas dengan bentuk keseuaian zaman sehingga menjadi menarik untuk dtonton. Format yang ditampilkan dalam OVJ (Opera Van Java) sangat bagus mengingat masyarakat saat ini mempunyai under estimated terhadap seni tradisi seperti wayang orang. Paradigma itu coba dhilangkan sekaligus berupaya melestarikan budaya jawa dengan format yang berbeda.
Dalam OVJ parto yang bertindak sebagai sang dalang menjadi penggerak pemainnya—sebagaimana peran dalang dalam wayang wong—, seperti, Andre taulani, Sule, Azis Gagap, dan Nunung. Tak hanya itu, dalang pun ditemani oleh sinden yang selalu bernyanyi setiap sang pemain memulai adegan dan di iringi oleh musik gemelan. Keunikan muncul ketika sebenarnya program yang di sadur dari wayang wong, yaitu dalangnya beserta wayang atau pemainnya dapat bertindak sesuka hati sesuai dengan keinginan dalang dan lepas dari keajegan formulasi wayang wong. Sebuah kombinasi yang menarik dengan menampilkan budaya jawa dengan balutan bercerita yang menarik.
Format atau tampilan yang berbeda terhadap sebuah seni tradisi sebenarnya bukan kali ini saja terjadi. Konsekuensi ini di ambil untuk memenuhi keinginan pasar yang mampunyai minat tinggi terhadap seni rakyat, tetapi tidak memiliki antusias tinggi untuk mengikuti jalannya acara seni tradisi. Sebelum OVJ kita pernah mendangar Ludruk Glamor, Ketoprak Humor, ataupun Srimulat. Hanya saja, OVJ menjadi sebuah penyajian yang istimewa karena ditempatkan pada kondisi lesunya acara hiburan berbalut budaya atau seni rakyat.
Melihat fenomena yang terjadi pada OVJ juga di korelasikan dengan budaya kapitalis saat ini. OVJ sebenarnya adalah sebuah produk dari budaya popular yang merajalela di Indonesia. Terutama dengan budaya konsumerisme dan kapitalis yang telah mencengkeram Indonesia. Para pemiliki modal dan juga korbannya, konsumen, menjadi sebuah titik inti diciptakan sebuah bentuk kebudayaan. OVJ salah satunya masuk dalam katergor populer yang mau tidak mau pun berorientasi pada massa beserta alibi postifnya untuk melestarikan budaya tradisional.

OVJ dan Seni Populer
Menurut Umar kayam , dalam kebudayaan istilah pop dibedakan dengan populer. Secara etimologis, istilah populer dikaitkan dengan massa, yaitu masyarakat banyak. Istilah pop art berhubungan dengan masyarakat kecil atau masyarakat minoritas. Lain halnya dengan di Indonesia, perkembangan seni pop pada umumnya disamakan dengan seni populer. Selanjutnya makna populer yang berkaitan dengan OVJ di konsistensikan tanpa mendikotomi antara pop art yang bercorak minoritas serta eksperimental dan popular art yang bercorak mayoritas. Secara kasat mata, kepopuleran OVJ terletak pada bentuk eksperimental—selanjutnya disebut kiscth—penyajiannya dan juga berorintasi pada massa.
OVJ sebagai bentuk saduran dari wayang wong mencoba mempertahankan sesuatu yang ajeg dan juga memberi sentuhan baru yang inovatif. Kesesuaian yang ajeg merupakan bagian dari budaya populer karena sudut pandang sudah dikenalnya budaya ini. Kemudian bercampur dengan format baru tanpa menghilangkan esensi dari wayang wong. Wayang wong yang ditampilkan oleh OVJ merupakan bentuk kesenian kraton yang sangat istimewa. Pencipta dari wayang ini adalah Sultan Hamengkubuwono I (1755-1792) yang dalam pementasannya ceritanya di ambil dari wayang purwa dengan aktor manusia menggantikan wayang.
Dalam kebudayaan Indonesia, keberadaan pop art atau budaya tinggi dan populer atau budaya rendah telah dikenal dengan sebutan seni tradisi dan seni rakyat. Seni tradisi dan seni rakyat memang berbeda. Seni tradisi hidup di kota. Kesenian ini merupakan kelanjutan dari kesenian yang hidup dan berkembang di sekitar keratin atau tempat kekuasaan. Sedangkan seni rakyat tumbuh di desa, di tengah masyarakat kecil yang dalam segala hal Nampak jelas perbedaan kepemilikan (Lindsay:1990). Selanjutnya kesenian tardisional dapat disebut juga dengan kesinian modern , yaitu sebagai bentuk seni yang penggrapannya di dasarkan atas cita rasa di kalangan masyarakat pendukung. Cita rasa ini biasanya berupa penemuan dan pembaruan. Pembaruan dan penemuan adalah ciri utama pop art sehingga dapat disamakan dengan seni tradisi.
Fenomena pada OVJ merupakan hal lumrah yang sebenarnya sudah terjadi sejak lama. OVJ adalah perpaduan dari kesenian yang berbeda alam. Begitu halnya dengan kesenian Indonesia yang dapat hidup di dua lingkungan kebudayaan. OVJ sebagai bentuk sadur dari wayang wong merupakan bentuk kepemilikan masyarakat tertentu terhadap kesenian ini. Dalam konteks keindonesiaan, kepemilikan dan petumbuhannya pada masyarakat tertentu disebut juga kebudayaan daerah. Kebudayaan daerah ini memiliki sejumlah ciri yang tak bisa hilang yang dapat disebut sebagai keajegan tradisi. Dalam OVJ penjagaan terhadap keajegan wayang wong dengan memperhatikan unsur penting berupa adanya sang dalang, wayang, dan juga sinden.
Selanjutnya, keberadaaan kesenian yang berada pada dua alam ini disebabkan seni tardisi mengalami saduran. Penyaduran ini telah menempatkan seni tradisi untuk dibentuk kembali oleh kebutuhan suatu kebudayaan yang lebih luas dan tidak sekadar menganut cita rasa tardisi asalnya. Hal ini menyebabkan lahirnya sebuah seni baru, yaitu seni kitch. Seni tradisi yang pada mulanya dimiliki lingkungn keraton atau kerajaan, kini juga dapat dimiliki oleh masyarakat luas atau luar istana. Kepemilikannya pun tidak dapat dengan mudahnya menyebut seni tradisi sebagai milik semua orang. Dalam lingkungan keraton, wayang wong tentunya tetap mempertahankan bentuk yang ada tanpa memperhatikan perkembangan zaman.
Apa yang di alami oleh OVJ sebenarnya merupakan jawaban dari pertanyaan Edy Sediawati dalam bukunya Pertumbuhan Seni Pertunjukkan. Seni tradisi seperti wayang wong, telah mengalami pergeseran kepemilikan. OVJ sebagai sebuah bentuk pertunjukkan yang dapat disajikan di luar lingkungan kebudayaan aslinya maka para penonton akan cenderung untuk menghargai sebagai sesuatu yang disebut Edy Sediawati, yaitu sesuatu yang eksotis dan bukan hal yang biasa-biasa saja. OVJ telah menempatkan kepopulerannya di lingkungan Indonesia dengan menampilkan sesuatu yang baru, inovatif, dan kita pun menikmatinya.
Edy Sediawati memaparkan dua tuntutan dalam perkembangan atas seni tardisi yang kemudian menjadi populer ini. Pertama, para penggemar dari luar lingkungan tradisi tersebut menginginkan pemeliharaan atas gayanya yang khas, sedangkan penggemarnya dari dalam lingkungannya ada yang menginginkan tetap aman dalam gayanya yang telah terkenal secara akrab. Ada juga yang menginginkan perkembangan dalam arti perubahan atau tambahan sesuai dengan perubahan zaman (Sedyawati, 1981:39).
Itulah yang terjadi pada OVJ, kita mungkin sebagai penonton atau lingkungan luar dari tradisi wayang wong menginginkan adanya penjagaan atas gayanya yang khas. Bahkan, kita mungkin menginginkan yang lebih dengan pemberian inovasi pada formulasi pertunjukkan.

Kitsch: Antara Seni Tradisi dan Seni Rakyat
Dalam perkembangannya, seperti yang telah disebutkan di awal, perpaduan dua budaya yang di alami oleh OVJ merupakan bentuk dari seni kitsch. Bentuk kesenian seperti ketoprak, wayang wong komersil (OVJ), dan ludruk dianggap sebagai seni tradisional karena kelahirannya dan pertumbuhannya sebagai seni berada di lingkungan istana atau kota. Seni tradisi pun kemudian dapat disamakan dengan pop art menurut “barat” karena kepemilikannya yang minoritas. Selain itu, ketoprak dan wayang wong komersil (OVJ) dapat juga dikatakan sebagai seni rakyat atau seni populer karena kepemilikannya yang dimiliki oleh orang banyak.
Karakteristik sebuah seni yang lahir dan tumbuh di lingkungan kerajaan atau kota dan dapat dikonsumsi orang banyak oleh Umar Kayam dipakai sebagai kriteria untuk menggolongkan suatu kategori kesenian yang disebut kesenian Kitsch. Umar kayam menggunakan ‘Kitsch’ untuk menggolongkan bentuk-bentuk kesenian yang tidak dapat disebut kesenian istana dan juga bukan kesenian rakyat , dan ia tidak membuat pertimbangan nilai kepada kualitas bentuk-bentuk kesenian tersebut (dalam bahasa inggris sehari-hari, ‘kitsch’ berarti murah, norak). Ini menunjukkan pentingnya memahami bagaimana istilah ini dan istilah lainnya digunakan dalam konteks Indonesia dan kita harus berusaha sangat cermat untuk memahami kata-kata yang sudah diindonesiakan (Lindsya, 1990:46).
Legitimasi kitsch pada OVJ terletak dari formulasi penyaduran seni tardisional wayang wong dalam bentuk yang baru. Wayang wong yang aslinya hanya dapat dinikmati atau mungkin dimiliki kalangan kerajaan saja, berkat format baru dari OVJ menjadikan wayang wong dimiliki orang banyak. Bentuk penyaduran dalam OVJ tentunya dengan memperhatikan beberapa aspek dari cerita hingga aksesori pertunjukkan. Beberapa di antaranya penyaduran atau perubahan yang dilakukan OVJ pada seni wayang wong adalah waktu, bahasa, dan cerita.
Bahasa, sesuai dengan tempat kelahirannya, yaitu Yogyakarta; wayang wong menggunakan bahasa keratin atau bahasa Jawa. Berbeda dengan OVJ yang menggunakan bahasa keseharian. Mencoba untuk menyarkan akan pentingnya kepemilikan terhadap budaya tardisional dan juga bukti bahwa kebudayaan Indonesia adalah puncak kebudayaan daera maka bahasa Indonesia di pilih dalam pementasa OVJ. Bahkan, dalam pementasan tak jarang atau memang sebagai bahasa dialognya, yang digunakan adalah bahasa Jakarta atau bahasa percakapan.
Dapat dilihat contoh dari pantun Parto yang bertindak sebagai dalang, yaitu “Di sini gunung di sana gunung, wayangnya bingung dalangnya juga bingung, yang penting bisa ketawa.” Pantun yang di ucapkan sang dalang dapat memperlihatkan pembahasaan dalam OVJ. Percakapan yang disampaikan tidak juga memiliki ajeg dalam keinovasian. Hal ini disebebkan karena titik utama dari komedi ini adalah improvisasi sang pemain atau wayang dengan bermain dalam lingkungan wayang wong. Tentunya, pembahasaan pada OVJ tidaklah begitu penting selama dapat memancing pemirsa merasa terhibur atau tertawa. Itulah yang dikatakan Parto, “yang penting bisa ketawa.”
Waktu, secara keseluruhan, wayang (kulit atau wong) dibagi menjadi tiga bagian atau pathet yang proporsinya dari penggambaran naratif, komplikasi, dialog dan gerakannya, kontras satu dengan yang lainnya. Lamanya waktu pementasan selama hampir delapan jam. Empat jam bagian pertama, yaitu pukul 09.00-01.00 merupakan pementasa bagian pertama pathet them. Bagian kedua, pathet sanga, biasanya berlangusng paling lama selamadua jam antara pukul 01.00-03.30. Kemudian bagian yang terakhir, pathet manyura, biasanya yang paling pendek berlangsung selama satu setengah jam antara 03.30-05.00. dapat disimpulkan kalau pementasan wayang wong berlangsung dari pukul 09.00-05.00 (Lindsay, 1990:121).
Dalam hal ini, waktu merupakan titik utama yang patut diperhatikan dalam menggarap kembali seni tradisional. Bahkan dikisahkan ketika diadakan pementasan wayang wong di Taman Ismail Marzuki pada decade awal tahu 1980-an, hanya orang-orang tua saja yang dapat bertahan menonton wayang wong dan beberapa mahasiswa FS UI. Masalah waktu memang titik poko dari penyaduran seni tardisi wayang wong ini.
OVJ yang merupakan saduran dari wayang wong mungkin tak bermaksud untuk memotong waktu pementasa denan alas an keajegan atau habisnya jalan cerita. Alasan utamanya tentu saja durasi waktu yang disediakan stasiun televise Trans7. OVJ yang disiarkan secara off air berlangusng antara pukul 20.00-21.00. Namun, durasi satu jam yang singkat itu di manfaatkan dengan mengefektifkan sebuah cerita. Bahkan, terkadang tak begitu penting isi ceritanya. Isi cerita hanya berguna sebagai pemantik kreativitas pemain dalam berperan. Durasi satu jam dengan cerita selesai dicoba untuk ditambah berupa intensitas siaran, yaitu dari hari senin sampai jumat.
Cerita, jelaslah sudah kalau dalam wayang wong, cerita yang sering ditampilkan adalah kisah Ramayana dan Mahabarata. Dalam OVJ dengan aksesorisnya yang berbau kerajaan, terutama untuk dalanganya yang selalu menggunakan pakaian daerah dan ditemani sindennya yang juga menggunakan kebaya Jawa. Cerita dalam OVJ tidak terpaku pada cerita kerajaan. Tak jarang memang cerita yang ditampilkan adalah cerita rakyat atau kerajaan. Namun, intensitas terbanyak adalah cerita modern atau mungkin karangan tim kreatif dari OVJ yang jauh dari tema-tema yang sudah dikenal.
Keterbatasan waktu yang hanya berdurasi satu jam, memang tak membuat OVJ begitu kaku. Cerita hanyalah pegangan untuk mendapat bahan lawakan saja. Bahkan, katika para pemain seperti Azis dan Sule sedang berdialog yang tidak sesuai dengan skeneario maka dalang Parto akan menghentikan cerita dan berteriak, “mana benang merahnya.” Oleh karena itu, OVJ mampu bertahan dengan komedi lain dan menjadi pilihan yang populer untuk ditonton pemirsa.

Pencak Silat Kesenian & Kebudayaan


Pencak Silat atau Silat (berkelahi dengan menggunakan teknik pertahanan diri) ialah seni bela diri Asia yang berakar dari budaya Melayu. Seni bela diri ini secara luas dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura tapi bisa pula ditemukan dalam berbagai variasi di berbagai negara sesuai dengan penyebaran suku Melayu, seperti di Filipina Selatan dan Thailand Selatan. Berkat peranan para pelatih asal Indonesia, saat ini Vietnam juga telah memiliki pesilat-pesilat yang tangguh.

Sejarah
Silat diperkirakan menyebar di kepulauan nusantara semenjak abad ke-7 masehi, akan tetapi asal mulanya belum dapat dipastikan. Meskipun demikian, silat saat ini telah diakui sebagai budaya suku Melayu dalam pengertian yang luas, yaitu para penduduk daerah pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka, serta berbagai kelompok etnik lainnya yang menggunakan lingua franca bahasa Melayu di berbagai daerah di pulau-pulau Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan lain-lainnya juga mengembangkan sebentuk silat tradisional mereka sendiri. Dalam Bahasa Minangkabau, silat itu sama dengan silek. Sheikh Shamsuddin (2005) berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu beladiri dari Cina dan India dalam silat. Bahkan sesungguhnya tidak hanya itu. Hal ini dapat dimaklumi karena memang kebudayaan Melayu (termasuk Pencak Silat) adalah kebudayaan yang terbuka yang mana sejak awal kebudayaan Melayu telah beradaptasi dengan berbagai kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina, Arab, Turki, dan lainnya. Kebudayaan-kebudayaan itu kemudian berasimilasi dan beradaptasi dengan kebudayaan penduduk asli. Maka kiranya historis pencak silat itu lahir bersamaan dengan munculnya kebudayaan Melayu. Sehingga, setiap daerah umumnya memiliki tokoh persilatan yang dibanggakan. Sebagai contoh, bangsa Melayu terutama di Semenanjung Malaka meyakini legenda bahwa Hang Tuah dari abad ke-14 adalah pendekar silat yang terhebat. Hal seperti itu juga yang terjadi di Jawa, yang membanggakan Gajah Mada.

Perkembangan dan penyebaran silat secara historis mulai tercatat ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum Ulama, seiiring dengan penyebaran agama Islam pada abad ke-14 di Nusantara. Catatan historis ini dinilai otentik dalam sejarah perkembangan pencak silat yang pengaruhnya masih dapat kita lihat hingga saat ini. Kala itu pencak silat telah diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di surau-surau. Silat lalu berkembang dari sekedar ilmu beladiri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah. Disamping itu juga pencak silat menjadi bagian dari latihan spiritual.

Istilah dalam Pencak Silat

Sikap dan Gerak
Pencak silat ialah sistem yang terdiri atas sikap (posisi) dan gerak-gerik (pergerakan). Ketika seorang pesilat bergerak ketika bertarung, sikap dan gerakannya berubah mengikuti perubahan posisi lawan secara berkelanjutan. Segera setelah menemukan kelemahan pertahanan lawan, maka pesilat akan mencoba mengalahkan lawan dengan suatu serangan yang cepat.

Teknik
Pencak Silat memiliki macam yang banyak dari teknik bertahan dan menyerang. Praktisi biasa menggunakan tangan, siku, lengan, kaki, lutut dan telapak kaki dalam serangan. Teknik umum termasuk tendangan, pukulan, sandungan, sapuan, mengunci, melempar, menahan, mematahkan tulang sendi, dan lain-lain.

Jurus
Pesilat berlatih dengan jurus-jurus. Jurus ialah rangkaian gerakan dasar untuk tubuh bagian atas dan bawah, yang digunakan sebagai panduan untuk menguasai penggunaan tehnik-tehnik lanjutan pencak silat (buah), saat dilakukan untuk berlatih secara tunggal atau berpasangan. Penggunaan langkah, atau gerakan kecil tubuh, mengajarkan penggunaan pengaturan kaki. Saat digabungkan, itulah Dasar Pasan, atau aliran seluruh tubuh.

Tingkat kemahiran

Secara ringkas, murid silat atau pesilat dibagi menjadi beberapa tahap atau tingkat kemahiran, yaitu:
  • Pemula, diajari semua yang tahap dasar seperti kuda-kuda,teknik tendangan, pukulan, tangkisan, elakan,tangkapan, bantingan, olah tubuh, maupun rangkaian jurus dasar perguruan dan jurus standar IPSI
  • Menengah, ditahap ini, pesilat lebih difokuskan pada aplikasi semua gerakan dasar, pemahaman, variasi, dan disini akan mulai terlihat minat dan bakat pesilat, dan akan disalurkan kepada masing-masing cabang, misalnya Olahraga & Seni Budaya.
  • Pelatih, hasil dari kemampuan yang matang berdasarkan pengalaman di tahap pemula, dan menengah akan membuat pesilat melangkah ke tahap selanjutnya, dimana mereka akan diberikan teknik - teknik beladiri perguruan, dimana teknik ini hanya diberikan kepada orang yang memang dipercaya, dan mampu secara teknik maupun moral, karena biasanya teknik beladiri merupakan teknik tempur yang sangat efektif dalam melumpuhkan lawan / sangat mematikan .
  • Pendekar, merupakan pesilat yang telah diakui oleh para sesepuh perguruan, mereka akan mewarisi ilmu-ilmu rahasia tingkat tinggi.

Aspek dan bentuk

Terdapat 4 aspek utama dalam pencak silat, yaitu:
  1. Aspek Mental Spiritual: Pencak silat membangun dan mengembangkan kepribadian dan karakter mulia seseorang.
  2. Aspek Seni Budaya: Budaya dan permainan "seni" pencak silat ialah salah satu aspek yang sangat penting. Istilah Pencak pada umumnya menggambarkan bentuk seni tarian pencak silat, 
  3. Aspek Bela Diri: Kepercayaan dan ketekunan diri ialah sangat penting dalam menguasai ilmu bela diri dalam pencak silat. Istilah silat, cenderung menekankan pada aspek kemampuan teknis bela diri pencak silat.
  4. Aspek Olah Raga: Ini berarti bahwa aspek fisik dalam pencak silat ialah penting. Pesilat mencoba menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh. Kompetisi ialah bagian aspek ini. Aspek olah raga meliputi pertandingan dan demonstrasi bentuk-bentuk jurus, baik untuk tunggal, ganda atau regu.

Bentuk pencak silat dan padepokannya (tempat berlatihnya) berbeda satu sama lain, sesuai dengan aspek-aspek yang ditekankan. Banyak aliran yang menemukan asalnya dari pengamatan atas perkelahian binatang liar. Silat-silat harimau dan monyet ialah contoh dari aliran-aliran tersebut. Adapula yang berpendapat bahwa aspek bela diri dan olah raga, baik fisik maupun pernapasan, adalah awal dari pengembangan silat. Aspek olah raga dan aspek bela diri inilah yang telah membuat pencak silat menjadi terkenal di Eropa.

Bagaimanapun, banyak yang berpendapat bahwa pokok-pokok dari pencak silat terhilangkan, atau dipermudah, saat pencak silat bergabung pada dunia olah raga. Oleh karena itu, sebagian praktisi silat tetap memfokuskan pada bentuk tradisional atau spiritual dari pencak silat, dan tidak mengikuti keanggotaan dan peraturan yang ditempuh oleh Persilat, sebagai organisasi pengatur pencak silat sedunia.

Pencak Silat di dunia

Pencak Silat telah berkembang pesat selama abad ke-20 dan telah menjadi olah raga kompetisi di bawah penguasaan dan peraturan Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa, atau The International Pencak Silat Federation). Pencak silat sedang dipromosikan oleh Persilat di beberapa negara di seluruh 5 benua, dengan tujuan membuat pencak silat menjadi olahraga Olimpiade. Persilat mempromosikan Pencak Silat sebagai kompetisi olah raga internasional. Hanya anggota yang diakui Persilat yang diizinkan berpartisipasi pada kompetisi internasional.

Kini, beberapa federasi pencak silat nasional Eropa bersama dengan Persilat telah mendirikan Federasi Pencak Silat Eropa. Pada 1986 Kejuaraan Dunia Pencak Silat pertama di luar Asia, mengambil tempat di Wina, Austria.

Pada tahun 2002 Pencak Silat diperkenalkan sebagai bagian program pertunjukan di Asian Games di Busan, Korea Selatan untuk pertama kalinya. Kejuaraan Dunia terakhir ialah pada 2002 mengambil tempat di Penang, Malaysia pada Desember 2002.

Selain dari upaya Persilat yang membuat pencak silat sebagai pertandingan olahraga, masih ada banyak aliran-aliran tua tradisional yang mengembangkan pencak silat dengan nama Silek dan Silat di berbagai belahan dunia. Diperkirakan ada ratusan aliran (gaya) dan ribuan perguruan. (Madina/Anang/Irfani)